Era globalisasi yang erat kaitannya dengan teknologi informatika, secara perlahan menggiring para siswa menjadi sosok mandiri yang berorientasi ke era digital di mana segala informasi mudah didapat dan diakses. Hal ini bisa berdampak positif dan negatif, positifnya menjadikan mereka ‘melek’ teknologi dan berpikir global, namun sisi negatifnya, kemungkinan besar nilai-nilai yang tertanam sejak mereka kecil seperti, adat-istiadat, norma-norma, agama, rasa kemanusiaan, rasa empati dan rasa cinta terhadap bangsa mengalami pergeseran, sehingga egoisitas dan unsur kepentingan pribadi menjadi hal yang utama. Agar semuanya belum terlambat, perlu dibangun sebuah karakter kebangsaan yang kuat yang bertujuan agar mereka mengenal siapa sesungguhnya mereka dan di mana mereka berpijak.
Totok Suprayitno, Ph.D,
Logika Mengalir Dengan Baik
Respon positif yang berkaitan dengan pendidikan karakter bangsa juga tercermin dari apa yang disampaikan oleh Direktur Pembinaan SMA Totok Suprayitno Ph.D. Dalam pesannya, Direktur mengatakan bahwa salah satu puncak kerja keras dari kawan-kawan yang akan berlaga di bidang sains, debat maupun ilmu terapan; baik itu di tingkat nasional maupun internasional adalah, telah dilaluinya jalan panjang yang dimulai dari tingkat lokal, sampai tingkat nasional. Di tingkat internasional, mereka mewakili Indonesia, dan bukan lagi mewakili SMA. Oleh sebab itu, Direktur sangat meng-appreciate dan mengingatkan kembali kepada para peserta untuk selalu membawa dan menunjukkan karakter sebagai bangsa Indonesia.
Mengapa karakter sebagai bangsa Indonesia penting ditonjolkan? Hal ini erat kaitannya dengan kepribadian bangsa. Menghargai dan menghormati bendera pun tak kalah pentingnya. Semua itu erat kaitannya dengan pandangan dunia internasional bahwa negara kita adalah negara yang berbudaya dan santun. Ritual penciuman bendera pun jangan dianggap sepele. Saat diadakan prosesi penciuman bendera Nasional Indonesia Merah Putih di setiap pelepasan peserta olimpiade sains maupun debat Bahasa Inggris, menurut Direktur, tersimpan makna yang sangat dalam di balik ritual ini. Di Amerika saja, ritual semacam itu terus-menerus dilaksanakan. “Oleh karena itu, tolong dicamkan bahwa pergi berlomba ke ajang internasional sebagai wakil yang membanggakan Indonesia, bisa mencapai prestasi terbaik, dan menjadi juara. Tidak menjadi juara berapa pun bukan masalah, yang penting raihlah setinggi mungkin prestasi yang bisa dicapai,” harapnya.
Peraihan sebuah medali juga penting, namun dalam membawa nama Indonesia hal itu bukan yang utama, yang harus dijaga adalah bertingkah laku sesuai dengan norma-norma dan adat istiadat timur sebagai bangsa Indonesia. “Di dalam tingkah laku dan pergaulan sehari-hari, tunjukkan bahwa Indonesia diisi oleh orang-orang yang pintar, cerdas dan baik, yang penuh keramahan dan santun, tunjukkan itu ke kawan-kawan sesama peserta lomba.” Sarannya.
Dalam mengikuti lomba di tingkat internasional Direktur berpesan agar ajang itu jangan dijadikan beban atau backpack atau ransel yang sangat berat, namun biarkan semuanya berlalu dan ketika Anda bebas berpikir, di situ logika yang akan mengalir dengan baik. Biarkan pikiran anda bebas berimajinasi sekritis mungkin, logikanya dibiarkan seliar mungkin, dan prestasi akan mengikuti, dari semua itu jangan lupa berdoa.
Apa yang diungkapkan Totok Suprayitno Ph.D tampaknya memberi masukan yang cukup signifikan bagi para kepala sekolah. Mereka bagai memperoleh pencerahan bagaimana pendidikan karakter bangsa sebaiknya dilaksanakan. Para kepala sekolah ini juga memiliki beberapa kiat yang mungkin saja patut dijadikan bahan pembelajaran bagi kepala sekolah lainnya yang ada di seluruh Indonesia.
DR. Mukhlis Catio M.Ed,
Nilai Pokok Pendidikan Karakter
Berkaitan dengan Pendidikan Karakter Bangsa (Pendikar), Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik, Mukhlis Catio M.Ed kembali menegaskan bahwa tahun 2012 Pendikar berkaitan erat dengan instruksi Menteri Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa kegiatan ini sangat penting bagi para siswa. Di samping Pendikar, Menteri menyarankan untuk menggunakan ICT dalam rangka mensosialisasikan kegiatan tersebut. Sebab, di dalam karakter bangsa ada 4 nilai pokok yang harus ditonjolkan, pertama kejujuran. Kejujuran itu penting, bila kejujuran dilakukan dengan baik, mulai dari tingkat sekolah, maka selanjutnya mereka dalam menempuh masa depan yang lebih baik, mereka akan dipercaya oleh atasan maupun bahawan. Kebiasaan bersikap jujur akan memberikan dampak positif bagi siswa jika kelak ia terjun di masyarakat. Inilah yang kami harapkan dari mereka.
Kedua adalah disiplin, disiplin juga pembentukan karakter di dalam diri siswa. Disiplin merupakan indikator keberhasilan pendidikan, kalau disiplinnya berjalan baik, maka diperkirakan 60 sistem pendidikan di negeri ini sudah berhasil. Mengapa? Sebab apabila disiplin sudah mendarah daging, akan terus melekat di diri siswa hingga dia dewasa.
Ketiga adalah kreativitas. Untuk menumbuhkan siswa yang kreatif mereka harus dipacu agar mandiri dan gemar membaca. memiliki wawasan luas dan menimbulkan minat yang besar di bidang entrepreneurship. Kalau ini dilakukan dengan baik, maka jiwa kreatif serta kemandirian mereka kian bertumbuh, dan mereka akan menjadi manusia yang berkualitas nantinya.
Keempat kebersihan, bersih ucapan dan bersih pakaiannya, adalah sosok dari siswa yang berakhlak mulia. Ditambah lagi dengan bersih hati dan batinnya, dia tidak lagi dilingkupi oleh rasa iri dan dengki, lengkaplah ia disebut sebagai sosok siswa yang wisw dan peduli sesama, khususnya kaum miskin dan orang-orang yang terpinggirkan.
Empat nilai pokok yang harus ada dalam diri siswa dan erat kaitannya dengan Pendidikan Karakter Bangsa, merupakan fondasi yang harus terus ditanamkan. Mendiknas juga kerap menyampaikan, bahwa ada tiga lagi hal penting yang perlu ada dalam diri siswa, pertama sebagai hamba Tuhan kita tidak boleh congkak atau sombong, karena kita sama-sama ciptaan Tuhan, harus rendah hati dan menghargai sesama, tidak membedakan warna kulit, asal usul, etnis, agama dan sebagainya. “Sebagai siswa yang kelak menjadi pemimpin bangsa. Ke depan, dia harus mengerti visi dan misi hidupnya, punya jiwa kepemimpinan, visioner, tidak mudah tersinggung, fleksibel, bisa menyesuaikan dengan keadaan. Seorang pemimpin harus punya pengetahuan yang luas dan dia harus terus belajar dan bekerja keras,” ujarnya.
Logika Mengalir Dengan Baik
Respon positif yang berkaitan dengan pendidikan karakter bangsa juga tercermin dari apa yang disampaikan oleh Direktur Pembinaan SMA Totok Suprayitno Ph.D. Dalam pesannya, Direktur mengatakan bahwa salah satu puncak kerja keras dari kawan-kawan yang akan berlaga di bidang sains, debat maupun ilmu terapan; baik itu di tingkat nasional maupun internasional adalah, telah dilaluinya jalan panjang yang dimulai dari tingkat lokal, sampai tingkat nasional. Di tingkat internasional, mereka mewakili Indonesia, dan bukan lagi mewakili SMA. Oleh sebab itu, Direktur sangat meng-appreciate dan mengingatkan kembali kepada para peserta untuk selalu membawa dan menunjukkan karakter sebagai bangsa Indonesia.
Mengapa karakter sebagai bangsa Indonesia penting ditonjolkan? Hal ini erat kaitannya dengan kepribadian bangsa. Menghargai dan menghormati bendera pun tak kalah pentingnya. Semua itu erat kaitannya dengan pandangan dunia internasional bahwa negara kita adalah negara yang berbudaya dan santun. Ritual penciuman bendera pun jangan dianggap sepele. Saat diadakan prosesi penciuman bendera Nasional Indonesia Merah Putih di setiap pelepasan peserta olimpiade sains maupun debat Bahasa Inggris, menurut Direktur, tersimpan makna yang sangat dalam di balik ritual ini. Di Amerika saja, ritual semacam itu terus-menerus dilaksanakan. “Oleh karena itu, tolong dicamkan bahwa pergi berlomba ke ajang internasional sebagai wakil yang membanggakan Indonesia, bisa mencapai prestasi terbaik, dan menjadi juara. Tidak menjadi juara berapa pun bukan masalah, yang penting raihlah setinggi mungkin prestasi yang bisa dicapai,” harapnya.
Peraihan sebuah medali juga penting, namun dalam membawa nama Indonesia hal itu bukan yang utama, yang harus dijaga adalah bertingkah laku sesuai dengan norma-norma dan adat istiadat timur sebagai bangsa Indonesia. “Di dalam tingkah laku dan pergaulan sehari-hari, tunjukkan bahwa Indonesia diisi oleh orang-orang yang pintar, cerdas dan baik, yang penuh keramahan dan santun, tunjukkan itu ke kawan-kawan sesama peserta lomba.” Sarannya.
Dalam mengikuti lomba di tingkat internasional Direktur berpesan agar ajang itu jangan dijadikan beban atau backpack atau ransel yang sangat berat, namun biarkan semuanya berlalu dan ketika Anda bebas berpikir, di situ logika yang akan mengalir dengan baik. Biarkan pikiran anda bebas berimajinasi sekritis mungkin, logikanya dibiarkan seliar mungkin, dan prestasi akan mengikuti, dari semua itu jangan lupa berdoa.
Apa yang diungkapkan Totok Suprayitno Ph.D tampaknya memberi masukan yang cukup signifikan bagi para kepala sekolah. Mereka bagai memperoleh pencerahan bagaimana pendidikan karakter bangsa sebaiknya dilaksanakan. Para kepala sekolah ini juga memiliki beberapa kiat yang mungkin saja patut dijadikan bahan pembelajaran bagi kepala sekolah lainnya yang ada di seluruh Indonesia.
DR. Mukhlis Catio M.Ed,
Nilai Pokok Pendidikan Karakter
Berkaitan dengan Pendidikan Karakter Bangsa (Pendikar), Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik, Mukhlis Catio M.Ed kembali menegaskan bahwa tahun 2012 Pendikar berkaitan erat dengan instruksi Menteri Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa kegiatan ini sangat penting bagi para siswa. Di samping Pendikar, Menteri menyarankan untuk menggunakan ICT dalam rangka mensosialisasikan kegiatan tersebut. Sebab, di dalam karakter bangsa ada 4 nilai pokok yang harus ditonjolkan, pertama kejujuran. Kejujuran itu penting, bila kejujuran dilakukan dengan baik, mulai dari tingkat sekolah, maka selanjutnya mereka dalam menempuh masa depan yang lebih baik, mereka akan dipercaya oleh atasan maupun bahawan. Kebiasaan bersikap jujur akan memberikan dampak positif bagi siswa jika kelak ia terjun di masyarakat. Inilah yang kami harapkan dari mereka.
Kedua adalah disiplin, disiplin juga pembentukan karakter di dalam diri siswa. Disiplin merupakan indikator keberhasilan pendidikan, kalau disiplinnya berjalan baik, maka diperkirakan 60 sistem pendidikan di negeri ini sudah berhasil. Mengapa? Sebab apabila disiplin sudah mendarah daging, akan terus melekat di diri siswa hingga dia dewasa.
Ketiga adalah kreativitas. Untuk menumbuhkan siswa yang kreatif mereka harus dipacu agar mandiri dan gemar membaca. memiliki wawasan luas dan menimbulkan minat yang besar di bidang entrepreneurship. Kalau ini dilakukan dengan baik, maka jiwa kreatif serta kemandirian mereka kian bertumbuh, dan mereka akan menjadi manusia yang berkualitas nantinya.
Keempat kebersihan, bersih ucapan dan bersih pakaiannya, adalah sosok dari siswa yang berakhlak mulia. Ditambah lagi dengan bersih hati dan batinnya, dia tidak lagi dilingkupi oleh rasa iri dan dengki, lengkaplah ia disebut sebagai sosok siswa yang wisw dan peduli sesama, khususnya kaum miskin dan orang-orang yang terpinggirkan.
Empat nilai pokok yang harus ada dalam diri siswa dan erat kaitannya dengan Pendidikan Karakter Bangsa, merupakan fondasi yang harus terus ditanamkan. Mendiknas juga kerap menyampaikan, bahwa ada tiga lagi hal penting yang perlu ada dalam diri siswa, pertama sebagai hamba Tuhan kita tidak boleh congkak atau sombong, karena kita sama-sama ciptaan Tuhan, harus rendah hati dan menghargai sesama, tidak membedakan warna kulit, asal usul, etnis, agama dan sebagainya. “Sebagai siswa yang kelak menjadi pemimpin bangsa. Ke depan, dia harus mengerti visi dan misi hidupnya, punya jiwa kepemimpinan, visioner, tidak mudah tersinggung, fleksibel, bisa menyesuaikan dengan keadaan. Seorang pemimpin harus punya pengetahuan yang luas dan dia harus terus belajar dan bekerja keras,” ujarnya.
I Nyoman Darta
Tiga Pendekatan Manajemen
Selaku kepala sekolah SMAN Bali Mandara, I Nyoman Darta memiliki beberapa kiat khusus yang ia terapkan pada para siswanya agar wawasan kebangsaan kian melekat di diri mereka, yaitu entrepreneurship, leadership dan learning to life. Para siswa di sekolah ini juga mempelajari teknik wirausaha, contohnya pembibitan jamur. Mulai dari merencanakan melaksanakan dan memasarkan, semua diajarkan. Sedangkan untuk leadership mereka digilir untuk menjadi kepala asrama, “Di sini ada sembilan rumah tinggal. Tiap rumah ada ketuanya. Sang ketua menjadi wali atau orangtua mereka yang bertanggungjawab atas apa saja yang mereka lakukan. Di dalam asrama ini mereka digilir menjadi kepala house. Dengan demikian mereka merasakan juga bagaimana menjadi seorang leader yang baik.” Tutur Nyoman Darta, kepala sekolah yang pernah memperoleh penghargaan sebagai Kepala Sekolah terbaik tingkat nasional dan pernah menjadi Kepala sekolah untuk SMAN 1 Singaraja.
Menurut Nyoman kembali, untuk mengelola sekolah menjadi lebih baik, dengan menerapkan tiga manajemen, yaitu partisipatif, keteladanan dan on time full time. Manajemen partisipatif ia lakukan dengan melempar ide ke guru-guru dan siswa dalam pemberantasan merokok di sekolah. Setelah rumusan undang-undang diperoleh maka peraturan itulah yang diberlakukan, sehingga jika dilanggar, mereka akan malu sendiri sebab peraturan itu dibuat bersama-sama. Sedangkan manajemen keteladanan dilaksanakan dengan mencontohkan diri sendiri. Nyoman Darta berpesan pada guru-guru, siswa dan siapa saja yang terkait dengan dunia pendidikan bahwa sebelum menasehati orang, sadarkan diri kita hanya bisa merubah diri sendiri dan tidak bisa merubah orang lain. “Jadi artinya sebelum saya menasehati orang lain rubahlah perilaku kita menjadi baik dulu. Itu selalu selalu saya dengung-dengungkan,“ ujarnya.
Manajemen on time full time adalah dengan menyadarkan betapa pentingnya kita menghargai waktu. Jadi pendidikan karakter itu harus dibentuk, bukan dinilai. Untuk melihat proses peningkatannya itu lewat penilaian, akhlak mulia dan kepribadian, adalah tugas guru untuk membinanya. “Bila ada guru yang membentak-bentak murid, gurunya saya panggil, saya salahkan guru tersebut, sebab kalau membentak semata-mata melihat nilai saja, itu kurang bermanfaat. Guru harus bertanya mengapa dia begitu? Jika ada guru yang masuk kelas muridnya tidak ada kita harus instrospeksi diri, tidakkah kita yang suka terlambat datang mengajar? Jika kita rajin pasti muridnya juga rajin, munculnya murid yang malas dari kita gurunya sendiri.” jelasnya.
I Ketut Suyastra,
Pola dan Contoh yang Bagus
I Ketut Suyastra selaku Kepala Sekolah SMAN 3 Denpasar Bali, memberi masukan yang positif dangan diadakannya Kemah Remaja. Semua kegiatan kalau dilaksanakan dengan baik itu bagus, namun di lapangan kita harus lebih jeli mengantisipasinya. Pola yang bagus agar siswa semakin mencintai bangsa ini adalah dengan memberikan contoh. Misalnya jika saya bicara masalah kedisiplinan, saya harus hadir tidak boleh terlambat, saya tidak boleh bicara disiplin pada anak-anak kalau saya sering terlambat datang ke sekolah.” Terangnya. Sebab, untuk menjadi suri tauladan bagi orang lain itu sulit dan harus dimulai dari diri sendiri. Pendidikan karakter mungkin bisa berhasil dengan baik asal diimbangi dengan contoh-contoh perilaku kita sendiri.
Drs. I Made Nengah,
Seni dan Kepramukaan
Penerapan seni dan kepramukaan sangat erat hubungannya dengan karakter bangsa, demikian diungkapkan oleh Drs. I Made Nengah Kepala sekolah SMAN 1 Ubud. SMAN 1 Ubud mengangkat 4 karakter yaitu religius, toleransi, peduli lingkungan, dan disiplin.
Seni dan budaya yang berkembang di sekolah ini tidak perlu diragukan lagi. Setiap tahun dalam ajang lomba-lomba seni yang diadakan di tingkat provinsi maupun nasional, kerap keluar sebagai juara satu. Sekolah yang banyak melahirkan bibit-bibit penari Bali yang handal ini, kerap didatangi negara-negara luar seperti Australia, Amerika dan Jepang untuk menimba ilmu. “Melalui seni dan budaya, membentuk para siswa menjadi pribadi yang lembut dan bersahabat. Dengan demikian karakter bangsa yang ingin dimunculkan dalam diri remaja itu dapat tersalurkan.” Jelas Made Nengah. Fanny/Rinda
Tiga Pendekatan Manajemen
Selaku kepala sekolah SMAN Bali Mandara, I Nyoman Darta memiliki beberapa kiat khusus yang ia terapkan pada para siswanya agar wawasan kebangsaan kian melekat di diri mereka, yaitu entrepreneurship, leadership dan learning to life. Para siswa di sekolah ini juga mempelajari teknik wirausaha, contohnya pembibitan jamur. Mulai dari merencanakan melaksanakan dan memasarkan, semua diajarkan. Sedangkan untuk leadership mereka digilir untuk menjadi kepala asrama, “Di sini ada sembilan rumah tinggal. Tiap rumah ada ketuanya. Sang ketua menjadi wali atau orangtua mereka yang bertanggungjawab atas apa saja yang mereka lakukan. Di dalam asrama ini mereka digilir menjadi kepala house. Dengan demikian mereka merasakan juga bagaimana menjadi seorang leader yang baik.” Tutur Nyoman Darta, kepala sekolah yang pernah memperoleh penghargaan sebagai Kepala Sekolah terbaik tingkat nasional dan pernah menjadi Kepala sekolah untuk SMAN 1 Singaraja.
Menurut Nyoman kembali, untuk mengelola sekolah menjadi lebih baik, dengan menerapkan tiga manajemen, yaitu partisipatif, keteladanan dan on time full time. Manajemen partisipatif ia lakukan dengan melempar ide ke guru-guru dan siswa dalam pemberantasan merokok di sekolah. Setelah rumusan undang-undang diperoleh maka peraturan itulah yang diberlakukan, sehingga jika dilanggar, mereka akan malu sendiri sebab peraturan itu dibuat bersama-sama. Sedangkan manajemen keteladanan dilaksanakan dengan mencontohkan diri sendiri. Nyoman Darta berpesan pada guru-guru, siswa dan siapa saja yang terkait dengan dunia pendidikan bahwa sebelum menasehati orang, sadarkan diri kita hanya bisa merubah diri sendiri dan tidak bisa merubah orang lain. “Jadi artinya sebelum saya menasehati orang lain rubahlah perilaku kita menjadi baik dulu. Itu selalu selalu saya dengung-dengungkan,“ ujarnya.
Manajemen on time full time adalah dengan menyadarkan betapa pentingnya kita menghargai waktu. Jadi pendidikan karakter itu harus dibentuk, bukan dinilai. Untuk melihat proses peningkatannya itu lewat penilaian, akhlak mulia dan kepribadian, adalah tugas guru untuk membinanya. “Bila ada guru yang membentak-bentak murid, gurunya saya panggil, saya salahkan guru tersebut, sebab kalau membentak semata-mata melihat nilai saja, itu kurang bermanfaat. Guru harus bertanya mengapa dia begitu? Jika ada guru yang masuk kelas muridnya tidak ada kita harus instrospeksi diri, tidakkah kita yang suka terlambat datang mengajar? Jika kita rajin pasti muridnya juga rajin, munculnya murid yang malas dari kita gurunya sendiri.” jelasnya.
I Ketut Suyastra,
Pola dan Contoh yang Bagus
I Ketut Suyastra selaku Kepala Sekolah SMAN 3 Denpasar Bali, memberi masukan yang positif dangan diadakannya Kemah Remaja. Semua kegiatan kalau dilaksanakan dengan baik itu bagus, namun di lapangan kita harus lebih jeli mengantisipasinya. Pola yang bagus agar siswa semakin mencintai bangsa ini adalah dengan memberikan contoh. Misalnya jika saya bicara masalah kedisiplinan, saya harus hadir tidak boleh terlambat, saya tidak boleh bicara disiplin pada anak-anak kalau saya sering terlambat datang ke sekolah.” Terangnya. Sebab, untuk menjadi suri tauladan bagi orang lain itu sulit dan harus dimulai dari diri sendiri. Pendidikan karakter mungkin bisa berhasil dengan baik asal diimbangi dengan contoh-contoh perilaku kita sendiri.
Drs. I Made Nengah,
Seni dan Kepramukaan
Penerapan seni dan kepramukaan sangat erat hubungannya dengan karakter bangsa, demikian diungkapkan oleh Drs. I Made Nengah Kepala sekolah SMAN 1 Ubud. SMAN 1 Ubud mengangkat 4 karakter yaitu religius, toleransi, peduli lingkungan, dan disiplin.
Seni dan budaya yang berkembang di sekolah ini tidak perlu diragukan lagi. Setiap tahun dalam ajang lomba-lomba seni yang diadakan di tingkat provinsi maupun nasional, kerap keluar sebagai juara satu. Sekolah yang banyak melahirkan bibit-bibit penari Bali yang handal ini, kerap didatangi negara-negara luar seperti Australia, Amerika dan Jepang untuk menimba ilmu. “Melalui seni dan budaya, membentuk para siswa menjadi pribadi yang lembut dan bersahabat. Dengan demikian karakter bangsa yang ingin dimunculkan dalam diri remaja itu dapat tersalurkan.” Jelas Made Nengah. Fanny/Rinda
0 comments:
Post a Comment